Puisi: Bunuh Ego Itu

Langit merah,
Di bawah bumbung abad yang segalanya emas dan darah,
Perak menjadi absurb,
Tiada nilai guna,
Ego tersebar merata-rata,
Sombong terdedah tidak semena,
Si bongkok jadi bongkak,
Afal negatif yang aku benci,
Makin tua makin menjadi,
Seolah makin jahil diserap duniawi.



Ego si baran,
Bedooh,
Sepantasnya belukar dunia,
Kejut kau dari lena panjang,
Seperti kau pernah lalui dulu,
Perempuan, duit, dan orang jahat,
Bikin terpesona,
Gadai segala apa aset diri,
Mereka tahu guna,
Mereka memperguna,
Kau tidak selamat di sana,


Digniti manusiawi kau sudah jahanam,
Dipijak-pijak,
Gerabak kau sudah gelincir,
Ayuh, bunuhlah ego itu,
Cepat-cepat,
Lumat-lumat,
Kau kembali,
Direndam, sama darah tapi tidak dendam!


Darah yang harus menjadi pengganti dosa kau!


Nota Kaki: Kau akan keliru jika kau berada dalam dua gerabak yang berbeza. Kenapa tidak pilih satu saja? Biarpun lama dan tua, kau sudah tahu baik buruknya untuk terus dihormati atas jasanya.


Nota Diri: Ego tidak ke mana. Nanti bikin kau nangis saja. Di saat orang susah, jangan abaikan! Kelak diri sendiri yang ternganga dan merasa diri tak berguna.


~ 1 komentar: ~

~ Post a Comment ~